Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Rachma Collection Bekasi
Husnia Alfaini / 10208600 / 3EA10
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini di Indonesia banyak bermunculan usaha baru dengan berbagai jenis usaha. Munculnya perusahaan-perusahaan ini diharapkan akan menambah luasnya lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Di sisi yang lain perusahaan tidak mungkin mengoperasikan kegiatannya tanpa adanya manusia, karena faktor tenaga kerja manusia memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Setiap manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbeda. Hal itu disebabkan karena beberapa hal, misalnya latar belakang pendidikan, keterampilan, watak dasar maupun faktor-faktor lainnya dari tenaga kerja itu sendiri. Keberagaman perilaku tersebut akan mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan. Hal ini tidak saja akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai oleh perusahaan, tetapi juga masyarakat yang menikmati hasil produksi tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bagaimanapun majunya teknologi jika tidak ditunjang dengan dan oleh tenaga kerja yang cakap maka kemungkinan besar sasaran dari perusahaan tidak akan tercapai. Tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan fungsinya akan menunjang tercapainya keberhasilan tujuan perusahaan. Di samping itu peran pemimpin menjadi tidak kalah pentingnya. Seorang pemimpin perusahaan yang bijaksana dan baik harus dapat memberikan kepuasan kepada para pekerjanya dan selalu berusaha memperhatikan gairah serta semangat kerja mereka. Tentunya pihak pimpinan harus mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi, memerintah
dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Di dalam mengelola karyawan yang ada dalam perusahaan harus diciptakan suatu komunikasi kerja yang baik antara atasan dan bawahan agar tercipta hubungan kerja yang serasi dan selaras. Dengan meningkatnya semangat dan kegairahan kerja para karyawan tersebut diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.
Kata kunci: gaya kepemimpinan, semangat kerja, kegairahan kerja
II. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Memperoleh gambaran konkrit mengenai pelaksanaan gaya kepemimpinan di toserba Rachma Colletion.
- Menguraikan persoalan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan di toserba Rachma Colletion dan mencoba membahasnya melalui pemecahan secara sistematis dan praktis.
- Menguji apakah gaya kepemimpinan yang efektif di toserba Rachma Colletion
III. TINJAUAN PUSTAKA
Kepemimpinan
Dalam kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan.
Ralph M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: kepemimpinan
manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok (Stoner, 1986:114). Sementara itu menurut A.M. Kadarman, Sj dan Jusuf Udaya kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok (Kadarman et.al, 1992:110).
Menurut Kae H. Chung dan Leon C Megginson kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupan mempengaruhi prilaku orang lain dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181).
Sedangkan menurut Edwin A. Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usaha
mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich and Donnely, 1987:263).
Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
Adapun dua aspek bagi seorang manajer dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu antara lain:
1. Fungsi kepemimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar
secara operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu:
- Fungsi yang berkaitan dengan tugas.
Fungsi yang berkaitan dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah,
pemberian saran pemecahan dan menawarkan informasi serta pendapat.
- Fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial
meliputi semua hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas
operasinya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai suatu missal
persetujuan dengan kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok dan
sebagainya.
Pemimpin yang berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.
2. Gaya kepemimpinan
Yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu :
a. Gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai
berikut :
- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
- Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus
dilaksanakan sesuai dengan keinginannya.
- Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan
dan pengembangan bawahan.
b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut :
- Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan
kepada bawahan.
- Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
- Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antara kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan adalah empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem tersebut terdiri dari:
- Sistem 1, otoritatif dan eksploitif:
manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
- Sistem 3, konsultatif:
manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
- Sistem 4, partisipatif:
adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok.
Dalam kenyataannya, pemimpin yang lebih berorientasi pada karyawan dalam beberapa hal akan memberkan hasil-hasil yang lebih efektif. Ini tidak berarti pemimpin tersebut mengabaikan kebutuhan-kebutuhan produksi atau tugas dalam departemennya. (Stoner, 1986:122-123). Kepemimpinan yang berhasil menghendaki suatu pengertian yang mendalam terhadap bawahan.
Oleh karena itu, menurut Peter Drucker (1979:26-27), pemimpin sangat perlu mengembangkan beberapa kecakapan:
1. Obyektivitas terhadap hubungan-hubungan serta perilaku manusia. Maksudnya pemimpin harus memandang bawahan serta perilaku mereka secara obyektif, tanpa berprasangka dan tanpa emosi.
2. Cakap berkomunikasi di dalam perusahaan maupun masyarakat. Maksudnya
pemimpin harus mampu berbicara dan menulis secara terus terang serta
menyimpulkan dengan teliti pernyataan-pernyataan dari orang lain. Pemimpin harus mudah didekati, mengenal kelompok-kelompok dan pemimpin informalnya,
menyeluruh memberitahukan tujuan dan berusaha untuk bekerja sama dengan orang lain.
3. Ketegasan. Maksudnya kemampuan untuk memproyeksikan diri secara mental dan emosional ke dalam posisi seorang pengikut. Kemampuan ini menolong pemimpin untuk memahami pandangan, keyakinan dan tindakan bawahannya.
4. Sadar akan diri sendiri. Maksudnya pemimpin perlu mengetahui kesan apa yang dibuatnya pada orang lain. Pemimpin harus berusaha untuk memenuhi peran yang diharapkan oleh para pengikut.
5. Mengajarkan. Maksudnya pemimpin harus mampu untuk menggunakan kecakapan untuk pedoman, dan pembetulan dalam pemberian petunjuk dengan contoh-contoh.
Indikasi Turun/Rendahnya Semangat dan Kegairahan Kerja
Dengan mengetahui indikasi ini maka akan dapat diketahui sebab-sebab turunnya semangat dan kegairahan kerja sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan /pemecahan masalah seawal mungkin. Indikasi-indikasi tersebut antara lain:
- Turun/rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas kerja ini dapat di ukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan ataupun penundaan kerja
- Tingkat absensi yang naik/tinggi.
Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita tidak boleh melihat naiknya tingkat absensi ini secara perseorangan tetapi harus dilihat secara rata-rata.
- Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah disebabkan karena ketidaksenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut, sehingga mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai. Tingkat keluar masuknya buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mengganggu kelangsungan jalannya perusahaan.
- Tingkat kerusakan yang naik/tinggi.
Naiknya tingkat kerusakan tersebut sebetulnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan bekurang, terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya.
- Kegelisahan di mana-mana.
Kegelisahan di lingkungan kerja akan terjadi bilamana semangat dan kegairahan kerja turun. Seorang pemimpin harus dapat mengetahui adanya kegelisahan-kegelisahan yang timbul di lingkungan kerja perusahaan. Kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidaktenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain.
- Tuntutan yang seringkali terjadi.
Tuntutan sebetulnya merupakan pewujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
- Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat dan kegairahan kerja adalah bilamana terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan karena pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan dan kegelisahan para karyawan.
(Alex Nitisemito, 1991:160-166)
Sebab Turunnya Semangat dan Kegairahan Kerja
Turunnya semangat dan kegairahan kerja itu karena banyak sebab, misalnya upah yang terlalu rendah, tidak cocoknya gaya kepemimpinan, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya semangat dan kegairahan kerja. Pada prinsipnya turunnya semangat dan kegairahan kerja disebabkan karena ketidakpuasan dari para karyawan. Sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material. Yang bersifat material, misalnya rendahnya upah yang diterima, fasilitas yang minim dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat non material, misalnya penghargaan sebagai manusia, kebutuhan
untuk berpartisipasi dan sebagainya (Alex Nitisemito, 1991:167-168).
Cara Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja
Cara atau kombinasi cara mana yang paling tepat, sudah tentu
tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai. Yaitu :
- Gaji yang cukup.
- Memperhatikan kebutuhan rohani.
- Sekali-sekali perlu menciptakan suasana santai.
- Harga diri perlu mendapatkan perhatian.
- Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
- Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
- Memperhatikan rasa aman menghadapi masa depan.
- Mengusahakan karyawan mempunyai loyalitas.
- Sekali-sekali mengajak karyawan berunding.
- Pemberian fasilitas yang menyenangkan.
(Alex Nitisemito, 1991:168-181)
IV. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Masalah yang dihadapi perusahaan dalam bagian ini akan dianalisis masalah yang sering dihadapi perusahaan melalui data yang telah dikumpulkan. Analisis permasalahan ini sangat berguna sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan dalam pembuatan keputusan manajemen. Beberapa manfaat akan diperoleh dari hasil analisis dan dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan, yang selama ini memberikan hasil yang kurang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh perusahaan.
Gaya kepemimpinan yang berlaku di perusahaan tersebut adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas serta adanya kecenderungan menurunnya semangat dan kegairahan kerja para karyawan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat absensi dan tingkat perputaran karyawan. Gejala-gejala tersebut nantinya akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan.
Pihak pimpinan Toserba Rachma Collection di dalam menjalankan operasional perusahaan kurang mempercayai kemampuan bawahannya, sehingga semua masalah yang timbul ditangani secara langsung serta diambil keputusan tanpa melalui perundingan dengan bawahannya sehingga komunikasi yang terjadi di Toserba Rachma Collection ini adalah komunikasi satu arah. Selain itu pimpinan juga kurang menghargai prestasi kerja dari karyawan yang benar-benar mempunyai kemampuan dan ketrampilan. Karyawan yang dimaksud di sini adalah pramuniaga yang mempunyai tugas untuk melayani konsumen yang membeli di Toserba Rachma Collection.
Akibat masalah
Masalah yang ada menimbulkan akibat sebagai berikut:
a. Akibat dari gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan Toserba
Rachma Collection. Para karyawan menjadi kurang antusias dalam
melaksanakan pekerjaannya. Mereka hanya akan bekerja lebih giat bila ada
pimpinan yang mengawasi dan sebaliknya malas bekerja bila pimpinannya
tidak ada.
b. Semangat dan kegairahan kerja menurun. Dengan adanya kondisi kerja yang
kurang menyenangkan ini, menyebagiankan semangat dan kegairahan kerja
sebab besar karyawan menurun. Hal ini mengakibatkan :
- Tingkat absensi tinggi.
Jumlah karyawan yang absen terus meningkat. Hal ini menunjukkan indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja karyawan di Toserba Rachma Collection di mana karyawan mulai menunjukkan berbagai alasan untuk absen dari pekerjaannya, hal ini terbukti banyaknya absensi karyawan pada kolom ijin dan kolom lain-lain. Menurut Edwin B. Flippo, absensi yang normal di negara
Amerika Serikat yang jarang penduduknya adalah tiga persen. Sedangkan di Negara yang padat penduduknya tigkat absensi tiga persen adalah normal, sedangkan persentase absensi di Toserba Rachma Collection di bagian pramuniaga adalah jauh di atas tiga persen dan cenderung mengalami peningkatan.
- Tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Jumlah perputaran karyawan terus meningkat, hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa gaya kepemimpinan yang ditetapkan Toserba Rachma Collection kurang efektif di dalam mengelola karyawan. Perputaran karyawan yang tinggi yang ada dalam suatu perusahaan akan merugikan perusahaan karena akan menghambat jalannya perusahaan dalam mencapai sasaran. Perusahaan akan mengalami kerugian-kerugian antara lain perusahaan harus menarik karyawan baru untuk menggantikan karyawan yang keluar dan mengadakan pelatihan kepada karyawan tersebut. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu tambahan biaya dan waktu untuk melatih karyawan baru tersebut.
Analisis Gaya Kepemimpinan
Untuk kepentingan penelitian ini digunakan daftar pertanyaan yang didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Rensis Likert. Dari hasil riset yang telah dilakukannya Likert menyimpulkan dan mengkategorikan sistem manajemen menjadi empat cara yang masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Karena masalah yang dihadapi perusahaan lebih mengarah pada pramuniaga. Penelitian pertama yang dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan pimpinan perusahaan dapat didilakukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan kepada para responden. Sistem manajemen yang diterapkan pada perusahaan cenderung di mana manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberi komentar atau tanggapan sebagai umpan balik terhadap perintah yang diberikan. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan analisa gaya kepemimpinan yang diinginkan oleh para karyawan sebagaimana yang dibahas berikut ini. sistem manajemen yang diinginkan oleh para karyawan di mana tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Apabila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan sran dan pendapat dari anggota kelompok. Di lain pihak peranan karyawan dalam berbagai hal menyangkut pekerjaannya memperoleh perhatian yang cukup berarti dari perusahaan.
Dari analisis di atas kita melihat terdapat kesenjangan di antara gaya kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan dengan yang diharapkan
karyawan.
Penyelesaian Masalah
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi perusahaan sebagaimana tersebut di atas, beberapa solusi yang kiranya dapat dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Pimpinan perusahaan seyogyanya merubah gaya kepemimpinannya agar
sesuai dengan keinginan para karyawan, yaitu mengubah dari gaya otokratis
menjadi gaya kepemimpinan partisipatif.
2. Pimpinan perusahaan perlu memperhatikan kegiatan-kegiatan yang bersifat
rekreatif yang dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu, misalnya kegiatan
darmawisata bersama keluarga karyawan ataupun olah raga bersama. Hal
tersebut akan memberikan suasana kekeluargaan yang berguna untuk
menjalin hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan karyawan.
3. Pimpinan perusahaan seharusnya menjelaskan secara terperinci atau
gamblang tujuan, sasaran serta program-program perusahaan yang akan
dilaksanakan. Untuk tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan pimpinan
sebaiknya bersikap lebih terbuka terhadap para karyawan dengan
menciptakan jalur komunikasi dua arah.
V. KESIMPULAN
1. Pimpinan perusahaan Toserba Rachma Collection menerapkan gaya
kepemimpinan yang otokrasi (cenderung lebih mengutamakan terhadap peran
yang diorientasikan pada pelaksanaan tugas semata).
2. Semangat dan kegairahan kerja rendah berkaitan erat dengan ketidakpuasan
karyawan terhadap penerapan gaya kepemimpinan perusahaan.
3. Turunnya semangat dan kegairahan kerja mengakibatkan karyawan bekerja
kurang efektif.
VI. SARAN
1. Dengan mengadakan perubahan pola gaya kepemimpinan otokrasi menjadi
partisipatif, misalnya melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan yang
ada kaitannya dengan tugasnya, mempercayai bawahan dan meminta
pendapat bawahan dalam memecahkan persoalan. Perubahan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja karyawan
perusahaan toserba Rachma Colletion.
2. Pimpinan perusahaan diharapkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
karyawan, misalnya perubahan gaya kepemimpinan, jaminan kesehatan, gaji
atau upah mereka jangan sampai terpotong dan tunjangan-tunjangan supaya
diberikan tepat pada waktunya, karena hal itu dapat berpengaruh terhadap
semangat dan kegairahan kerja.
3. Perusahaan sebaiknya memperhatikan kebutuhan imaterial para karyawan,
misalnya: menyediakan waktu untuk beribadah, mengadakan pertandingan
untuk menciptakan suasana santai.
4. Untuk peningkatan fasilitas sebaiknya perusahaan selalu menjaga kebersihan
lingkungan perusahaan, meyediakan kamar mandi yang bersih.
5. Memberikan jaminan untuk masa depan karyawan dengan mewajibkan para
karyawan untuk menyisihkan sebab penghasilannya untuk ditabung dalam
bentuk polis asuransi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar